Namai ini dengan apapun.
Sebuah atau sesuatu untuk seseorang.
Aku menulis ini untukmu. Untuk semua tawa yang sudah kamu buat dan untuk ingatanku yang sudah kamu ikat.
Aku tidak menyesali semuanya meski pada akhirnya kita tidak bisa
bersama. Kamu sudah pernah membuatku tertawa, itu sangat cukup, lebih
dari cukup. Dan aku juga menikmati setiap perbincangan kita, menikmati
proses menunggu pagi setiap hari agar selalu bisa berbincang denganmu
lagi, menikmati ceplas-ceplosnya kamu, menikmati komentar kamu tentang
berbagai hal di depanmu.
Jumat, 25 Januari 2013
Merenung dengan hujan
Maaf, maaf karena aku membenci hujan.
Hujan selalu membuat aku terdiam.
Merenung, merenung tentang masa lalu.
Masa lalu yg selama ini seolah-plah aku lupakan.
Hujan selalu membawa kedinginan.
Dingin yg beku menyayat.
Dan aku selalu kedinginan.
Jujur, aku butuh kehangatan..
Hangatnya keluarga, teman dan sahabat.
Teman ga semuanya teman.
Semua org memang gada yg apa adanya, yg ada ya ada apanya.
Sebenernya, aku belajar menjadi jam dinding.
Yg terus berjalan maju seolah ga apa-apa.
Selalu tersenyum meski bukan senyum kebahagiaan sepenihnya.
Hujaaaan… hanya membuat jejak antara utara dan selatan.
Ada yg selalu jd nomer satu dan selalu ada nomer kedua.
Dan jalannya memang aku ini adalah option B.
B yang selalu ada di belakang A.
A yg selalu diutamakan dan dimanjakan.
Dan B yg selalu mencari jalan lain.
Ketika A sakit, C sampai Z memperhatikan.
Tp ketika B sakit, C sampai Z menghiraukan.
Huruf B yg tak pernah merasakan betadin.
Esok, apakah hujan akan tetap menjadi hujan?
yg 1% nya adalah air dan 99% nya kesepian?
Menawar luka untuk mendewasa.
Mencaci hati.
Tuhan, tukarlah kesedihan ini dgn sebuah kebahagiaan.
Nanti.
Nanti untuk aku membalas org yg baik padaku.
Nanti untuk membuktikan org yg meremehkanku.
Dan nanti untuk sesuatu yg tak terduka.
Freeze, dingin, ah seseknya ini.
Ya semua org punya cara sendiri untuk sembuhin lukanya.
Dan aku selalu lari ketempat ini…
Hujan selalu membuat aku terdiam.
Merenung, merenung tentang masa lalu.
Masa lalu yg selama ini seolah-plah aku lupakan.
Hujan selalu membawa kedinginan.
Dingin yg beku menyayat.
Dan aku selalu kedinginan.
Jujur, aku butuh kehangatan..
Hangatnya keluarga, teman dan sahabat.
Teman ga semuanya teman.
Semua org memang gada yg apa adanya, yg ada ya ada apanya.
Sebenernya, aku belajar menjadi jam dinding.
Yg terus berjalan maju seolah ga apa-apa.
Selalu tersenyum meski bukan senyum kebahagiaan sepenihnya.
Hujaaaan… hanya membuat jejak antara utara dan selatan.
Ada yg selalu jd nomer satu dan selalu ada nomer kedua.
Dan jalannya memang aku ini adalah option B.
B yang selalu ada di belakang A.
A yg selalu diutamakan dan dimanjakan.
Dan B yg selalu mencari jalan lain.
Ketika A sakit, C sampai Z memperhatikan.
Tp ketika B sakit, C sampai Z menghiraukan.
Huruf B yg tak pernah merasakan betadin.
Esok, apakah hujan akan tetap menjadi hujan?
yg 1% nya adalah air dan 99% nya kesepian?
Menawar luka untuk mendewasa.
Mencaci hati.
Tuhan, tukarlah kesedihan ini dgn sebuah kebahagiaan.
Nanti.
Nanti untuk aku membalas org yg baik padaku.
Nanti untuk membuktikan org yg meremehkanku.
Dan nanti untuk sesuatu yg tak terduka.
Freeze, dingin, ah seseknya ini.
Ya semua org punya cara sendiri untuk sembuhin lukanya.
Dan aku selalu lari ketempat ini…
Selasa, 01 Januari 2013
Langganan:
Postingan (Atom)